Rabu, 02 April 2025

Secondary gains



Berikut beberapa contoh "secondary gains" dalam kehidupan sehari-hari, di berbagai konteks:


1. Kesehatan:


• Sakit kepala kronis: Seseorang yang sering mengeluh sakit kepala mungkin mendapatkan perhatian lebih dari keluarga dan teman, atau terbebas dari tanggung jawab pekerjaan.  Meskipun sakit kepala itu nyata, perhatian dan pembebasan tanggung jawab tersebut merupakan "secondary gains".


• Cacat fisik:  Meskipun cacat fisik memang nyata dan menimbulkan kesulitan, seseorang mungkin mendapatkan keuntungan seperti simpati, bantuan, atau tunjangan finansial.


• Gangguan makan:  Seseorang dengan gangguan makan mungkin mendapatkan perhatian dan validasi dari orang lain karena kondisi mereka, meskipun kondisi tersebut berbahaya.


2. Pekerjaan:


• Menunda-nunda pekerjaan:  Seseorang yang menunda-nunda pekerjaan mungkin mendapatkan rasa lega sementara atau menghindari tugas yang tidak menyenangkan.  Namun, penundaan tersebut berdampak negatif jangka panjang.


• Menggunakan sakit sebagai alasan untuk tidak masuk kerja:  Meskipun memang sakit, seseorang mungkin menggunakannya sebagai alasan untuk menghindari tugas atau tekanan kerja.


• Menggunakan posisi sakit untuk menghindari tanggung jawab: Seseorang mungkin memanfaatkan sakit untuk terbebas dari tanggung jawab yang tidak ingin mereka lakukan.


3. Hubungan:


• Perilaku manipulatif:  Seseorang mungkin menggunakan perilaku manipulatif untuk mendapatkan perhatian atau simpati dari pasangannya.


• Konflik dalam hubungan:  Konflik dalam hubungan dapat memberikan rasa penting atau meningkatkan ikatan, meskipun konflik tersebut merusak hubungan.


• Menggunakan emosi negatif untuk mendapatkan perhatian:  Seseorang mungkin menggunakan emosi negatif seperti kemarahan atau kesedihan untuk mendapatkan perhatian dan empati dari orang lain.


4. Lainnya:


• Kecemasan sosial:  Seseorang dengan kecemasan sosial mungkin menghindari situasi sosial untuk menghindari rasa malu atau ketidaknyamanan, meskipun hal itu membatasi kesempatan mereka.


• Depresi:  Meskipun depresi adalah kondisi yang serius, seseorang mungkin menggunakannya sebagai alasan untuk menghindari tanggung jawab atau tuntutan sosial.


Penting untuk diingat bahwa "secondary gains" tidak selalu disengaja.  Mereka seringkali merupakan konsekuensi tidak langsung dari suatu kondisi atau perilaku, dan tidak selalu berarti bahwa individu tersebut sedang berpura-pura sakit atau mengalami masalah.  Memahami "secondary gains" dapat membantu individu dan terapis untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk mengatasi masalah yang mendasarinya.

Bagaimana mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif

 


Mengubah pola pikir menjadi positif membutuhkan usaha dan kesabaran, tetapi sangat mungkin dilakukan. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda coba:


1. Sadari Pola Pikir Negatif Anda:

• Identifikasi Pikiran Negatif: Amati pikiran-pikiran negatif yang sering muncul. Tuliskan jika perlu.  Apakah Anda sering mengkritik diri sendiri, fokus pada hal-hal negatif, atau selalu mengharapkan hal buruk?

• Kenali Pemicunya:  Apa yang memicu pikiran-pikiran negatif tersebut? Situasi, orang, atau peristiwa tertentu? Memahami pemicunya akan membantu Anda mengatasinya.


2. Tantang Pikiran Negatif Anda:

• Pertanyakan Validitasnya: Apakah pikiran negatif Anda benar-benar akurat dan objektif? Seringkali, pikiran negatif adalah distorsi realitas.

• Cari Bukti yang Bertentangan: Cari bukti yang menunjukkan bahwa pikiran negatif Anda salah.  Misalnya, jika Anda berpikir "Saya tidak akan pernah berhasil," carilah bukti keberhasilan Anda di masa lalu.

• Ganti dengan Pikiran Positif: Gantikan pikiran negatif dengan pikiran positif yang lebih realistis dan konstruktif.


3. Praktikkan Teknik Relaksasi:

• Teknik Pernapasan Dalam:  Latihan pernapasan dalam dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres, yang seringkali memicu pikiran negatif.

• Meditasi: Meditasi membantu Anda fokus pada saat ini dan mengurangi kekhawatiran tentang masa depan.

• Yoga: Yoga menggabungkan gerakan fisik dan pernapasan dalam, membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.


4. Fokus pada Hal-hal Positif:

• Jurnal Syukur: Tuliskan hal-hal yang Anda syukuri setiap hari.  Ini membantu Anda fokus pada hal-hal positif dalam hidup Anda.

• Apresiasi:  Berlatihlah untuk menghargai hal-hal kecil dalam hidup Anda.

• Berbagi Kebaikan: Melakukan kebaikan untuk orang lain dapat meningkatkan mood dan perasaan positif Anda.


5. Ubah Perilaku Anda:

• Lingkungan Positif:  Kelilingi diri Anda dengan orang-orang positif dan suportif.

• Aktivitas Positif:  Libatkan diri dalam aktivitas yang Anda nikmati dan yang membuat Anda merasa baik.

• Perawatan Diri:  Prioritaskan perawatan diri, seperti tidur cukup, makan sehat, dan berolahraga secara teratur.


6. Cari Dukungan Profesional:

Jika Anda kesulitan mengubah pola pikir negatif Anda sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan dari terapis atau konselor profesional.

Ingat, mengubah pola pikir membutuhkan waktu dan usaha.  Bersikaplah sabar pada diri sendiri dan rayakan setiap kemajuan kecil yang Anda raih.

DI BALIK LAMANYA RUKU’ DAN SUJUD DALAM SHALAT_





*Rahasia Sujud*

_DI BALIK LAMANYA RUKU’ DAN SUJUD DALAM SHALAT_

Serta Hikmahnya bagi Kesehatan Tubuh Kita.

Mungkin ada yang pernah pergi ke dua tanah suci heran dengan lamanya ruku’ dan sujud saat shalat di sana. Melama-kan ruku’ dan sujud itu bukan tanpa alasan, tapi berdasarkan sandaran dari tuntunan Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, simaklah hadits berikut ini:

Suatu hari Abdullah bin Umar -rodhiallohu anhuma- melihat seorang pemuda sedang shalat, dia memanjangkan shalatnya dan melamakannya, maka beliau bertanya: siapa yang tahu orang itu? Maka ada yang menjawab: Saya.

Beliaupun mengatakan: seandainya aku mengenalnya, tentu aku akan

menyuruhnya untuk MEMANJANGKAN ruku’ dan sujudnya, karena aku pernah mendengar Nabi -Shollallohu alaihi wasallam- bersabda:

"Sungguh, jika seorang hamba berdiri untuk shalat; semua dosanya

didatangkan, dan diletakkan di atas pundaknya. Maka setiap kali dia

ruku’ dan sujud, dosa-dosa tersebut menjadi berjatuhan”. [Lihat

Silsilah shahihah: 1398, sanadnya shahih].

Ternyata semakin lama kita ruku' dan sujud, semakin banyak dosa kita

yang dilepaskan dari kita, tidak inginkah dosa Anda banyak diampuni?!

Selain itu juga, ternyata ruku' dan sujud shalat kita bermanfaat bagi

kesehatan.

Manfaat Ruku' dan Sujud Bagi Kesehatan:

*Manfaat Ruku'*

Ruku yang sempurna bisa di tandai apabila kita meletakan gelas di

punggung maka tidak akan tumpah sebab anatara kepala dan tulang belakang atau punggung sejajar. Posisi ruku yang sempurna bermanfaat menjaga kesempurnaan posisi punggung sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf dan posisi jantung sejajar dengan otak sehingga bagian tengah badan kita bisa teraliri darah dengan sempurna.


Posisi tangan tertumpu pada lutut ini sangat bermanfaat untuk

merelaksasikan pada otot-otot bahu sampai ke bawah. Mnerut penelitian

posisi ruku ini juga sangat bermanfaat untuk melatih kemih sehingga terhindar dari penyakit prostat.


*Manfaat Sujud* 

Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki dan dahi pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan daerah ini kaya dengan kandungan oksigen yang bisa mengalir secara maksimal ke otak.


Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang, oleh karena itu

sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi wanita baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.


Demikian beberapa Manfaat Ruku' dan Sujud Bagi Kesehatan. Maka

lamakanlah ruku’ dan sujud Anda..!


Mudahan-mudahan Allah selalu mempermudah langkah kita, di manapun dan dalam keadaan apapun kita berada. ❤๐Ÿ‘ณ๐Ÿผ♀๐Ÿง•

 Aamiin..

Selasa, 01 April 2025

Kapan saat tepat menghipnosis agak Prilaku nya lebih ter arah



Menghipnosis anak bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu ketika mereka lebih rileks dan reseptif. Berikut adalah beberapa momen yang ideal:

1. Sebelum Tidur – Saat anak mengantuk, gelombang otaknya mulai masuk ke kondisi theta, yang membuat mereka lebih mudah menerima sugesti.

2. Setelah Bangun Tidur – Saat baru bangun, pikiran anak masih dalam keadaan rileks dan belum terlalu sibuk dengan aktivitas sehari-hari.

3. Saat Bermain dengan Imajinasi – Anak-anak lebih mudah masuk ke kondisi hipnosis ketika mereka bermain pura-pura atau mendengarkan cerita yang menarik.

4. Saat Tenang dan Tidak Lelah – Jika anak sedang terlalu lelah atau rewel, hipnosis bisa lebih sulit dilakukan karena mereka kurang bisa fokus.

5. Saat Mereka Sedang Terlibat dalam Aktivitas yang Menenangkan – Seperti mendengarkan musik lembut, menggambar, atau bahkan saat dipijat ringan.

6. dll 

Karena anak-anak memiliki daya imajinasi yang tinggi, pendekatan yang lembut dan berbentuk cerita sering kali lebih efektif dibandingkan teknik hipnosis formal seperti pada orang dewasa.



Tip cara mengstasi sakit hati



Berikut beberapa tips yang bisa membantu mengatasi sakit hati:


1. *Ekspresikan Perasaanmu*: Tulislah perasaanmu di jurnal, atau curahkan isi hatimu kepada teman atau keluarga yang tepercaya.

2. *Terima dan Akui Perasaanmu*: Jangan menyangkal atau menekan perasaan sakit hati. Terimalah sebagai bagian dari proses penyembuhan.

3. *Jaga Kesehatan Fisik*: Pastikan kamu mendapatkan cukup istirahat, makan makanan seimbang, dan berolahraga teratur untuk mengurangi stres.

4. *Cari Kegiatan yang Menyenangkan*: Lakukan hobi atau kegiatan yang membuatmu bahagia dan teralihkan dari perasaan sakit hati.

5. *Berikan Waktu untuk Diri Sendiri*: Jangan terburu-buru untuk "move on". Berikan dirimu waktu untuk merasakan dan mengolah emosi.

6. *Cari Bantuan Profesional*: Jika perasaan sakit hati terlalu berat untuk diatasi sendiri, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari psikolog atau konselor.


Semoga tips ini bisa membantu!

Emosi yang kuat dan berkepanjangan memang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan merusak organ tubuh.

 


Emosi yang kuat dan berkepanjangan memang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan merusak organ tubuh.  Ini bukan berarti emosi langsung merusak organ, melainkan efek samping dari reaksi tubuh terhadap emosi tersebut yang berdampak negatif.  Berikut beberapa penjelasannya:


• Sistem Saraf: Emosi memicu respons dari sistem saraf simpatik, yang melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.  Jika respons ini terus-menerus aktif (misalnya karena stres kronis), dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, detak jantung, dan peradangan di seluruh tubuh.  Peradangan ini dapat merusak organ-organ vital seperti jantung, ginjal, dan otak dalam jangka panjang.


• Sistem Imun:  Stres kronis yang dipicu oleh emosi negatif menekan sistem imun.  Hal ini membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan memperlambat proses penyembuhan.  Sistem imun yang lemah dapat memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada dan meningkatkan risiko berbagai penyakit.


• Sistem Pencernaan:  Emosi dapat mengganggu sistem pencernaan.  Stres, kecemasan, dan depresi dapat menyebabkan masalah seperti gangguan pencernaan, sindrom iritasi usus besar (IBS), dan bahkan tukak lambung.


• Jantung:  Tekanan darah tinggi dan peradangan kronis yang disebabkan oleh stres dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan stroke.


• Otak:  Stres kronis dapat memengaruhi fungsi kognitif, meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, dan bahkan berkontribusi pada perkembangan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.


Cara Mengelola Emosi untuk Kesehatan:


Untuk meminimalisir dampak negatif emosi pada kesehatan, penting untuk mengelola emosi dengan baik.  Berikut beberapa tips:


• Identifikasi pemicu emosi:  Kenali situasi, pikiran, atau orang yang memicu emosi negatif Anda.


• Teknik relaksasi:  Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk mengurangi stres.


• Olahraga teratur:  Olahraga membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental.


• Tidur cukup:  Kurang tidur dapat memperburuk dampak stres pada tubuh.


• Diet sehat:  Makan makanan bergizi seimbang untuk mendukung kesehatan fisik dan mental.


• Dukungan sosial:  Berbicara dengan teman, keluarga, atau terapis dapat membantu Anda mengelola emosi dan mengatasi masalah.


• Cari bantuan profesional: Jika Anda mengalami masalah dalam mengelola emosi atau mengalami gangguan kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.


Kesimpulan:


Emosi itu sendiri bukan musuh.  Namun, cara kita mengelola dan merespon emosi sangat memengaruhi kesehatan kita.  Dengan mengelola emosi dengan baik, kita dapat meminimalisir risiko dampak negatifnya pada kesehatan fisik dan mental.

Self-healing transformation, atau transformasi penyembuhan diri

 


Self-healing transformation, atau transformasi penyembuhan diri, adalah sebuah perjalanan pribadi yang melibatkan perubahan mendalam dalam berbagai aspek kehidupan.  Tidak ada satu langkah yang sama persis untuk semua orang, karena setiap individu memiliki pengalaman dan tantangan yang unik.  Namun, berikut beberapa langkah umum yang dapat membantu dalam proses ini:


Tahap 1: Kesadaran Diri dan Penerimaan


1. Identifikasi Luka Batin: Mulailah dengan mengenali dan menerima luka batin yang Anda miliki.  Ini bisa berupa trauma masa lalu, pola pikir negatif, kebiasaan yang merusak, atau hubungan yang tidak sehat.  Journaling (menulis jurnal) bisa sangat membantu dalam tahap ini.


2. Menerima Diri Sendiri:  Jangan menghakimi diri sendiri atas luka atau kelemahan yang Anda miliki.  Terima diri Anda apa adanya, termasuk kekurangan dan kesalahan Anda.  Praktekkan self-compassion (kasih sayang pada diri sendiri).


3. Menentukan Tujuan:  Tentukan apa yang ingin Anda capai melalui transformasi ini.  Apa perubahan yang ingin Anda lihat dalam hidup Anda?  Tujuan yang jelas akan memberikan arah dan motivasi.


Tahap 2: Pembersihan dan Pelepasan


4. Membebaskan Diri dari Masa Lalu:  Lepaskan beban emosional yang terkait dengan luka batin Anda.  Ini mungkin melibatkan memaafkan diri sendiri dan orang lain, melepaskan dendam, dan menerima kenyataan.


5. Mengubah Pola Pikir Negatif:  Identifikasi dan ubah pola pikir negatif yang membatasi Anda.  Ganti pikiran-pikiran negatif dengan afirmasi positif dan realistis.  Teknik kognitif seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) bisa sangat membantu.


6. Memutuskan Hubungan yang Toksik:  Jika ada hubungan yang merusak kesejahteraan Anda, pertimbangkan untuk membatasi atau mengakhirinya.


Tahap 3: Pembentukan dan Pertumbuhan


7. Membangun Kebiasaan Sehat:  Perkenalkan kebiasaan baru yang mendukung kesehatan fisik dan mental Anda, seperti olahraga teratur, pola makan sehat, tidur cukup, dan praktik mindfulness (perhatian penuh).


8. Mengembangkan Keterampilan Baru:  Pelajari keterampilan baru yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan Anda.  Ini bisa berupa keterampilan profesional, hobi, atau aktivitas kreatif.


9. Membangun Dukungan Sosial:  Lingkungi diri Anda dengan orang-orang yang suportif dan positif.  Bergabunglah dengan komunitas atau kelompok yang memiliki minat yang sama.


10. Mencari Bantuan Profesional:  Jika Anda merasa kesulitan dalam proses ini, jangan ragu untuk mencari bantuan dari terapis, konselor, atau pelatih kehidupan.


Tahap 4: Pemeliharaan dan Perkembangan Berkelanjutan


11. Praktik Konsisten:  Transformasi penyembuhan diri adalah proses yang berkelanjutan.  Teruslah mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan sehat dan strategi-strategi yang telah Anda pelajari.


12. Evaluasi dan Penyesuaian:  Secara berkala, evaluasi kemajuan Anda dan sesuaikan strategi Anda jika diperlukan.  Perjalanan ini adalah proses belajar dan berkembang.


13. Merayakan Keberhasilan:  Rayakan pencapaian dan kemajuan Anda di sepanjang jalan.  Ini akan membantu menjaga motivasi dan semangat Anda.


Ingatlah bahwa self-healing transformation adalah perjalanan maraton, bukan lari cepat.  Bersikaplah sabar pada diri sendiri, rayakan setiap kemajuan kecil, dan jangan takut untuk meminta bantuan jika Anda membutuhkannya.

Meracuni diri sendiri

  ๐Ÿฉบ Penyakit yang Bisa Timbul karena Menyimpan Dendam & Sakit Hati ๐Ÿ’” 1. Penyakit Jantung dan Tekanan Darah Tinggi • Dendam = stres...