Tampilkan postingan dengan label Hipnoterapy IHC. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hipnoterapy IHC. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Maret 2025

Apakah hipnotis itu ada mengandung mistik ?



Apakah hipnotis itu ada mengandung mistik

 

Hipnotis, dalam konteks psikologi dan terapi, tidak mengandung unsur mistik. Hipnosis adalah suatu kondisi atau teknik di mana seseorang mengalami fokus yang mendalam, relaksasi, dan perhatian yang terpusat. Ini sering digunakan untuk membantu seseorang mengatasi masalah seperti kecemasan, stres, atau kebiasaan buruk.

Namun, karena hipnotis sering dipahami sebagai sesuatu yang misterius atau "magis" oleh sebagian orang, banyak yang mengaitkannya dengan unsur mistik. Padahal, hipnotis sendiri adalah fenomena psikologis yang dapat dijelaskan dengan pendekatan ilmiah.

Beberapa praktik yang berhubungan dengan hipnosis dalam konteks hiburan, seperti pertunjukan sulap atau "hipnotis panggung", bisa jadi mengandung elemen-elemen yang terkesan seperti mistik atau "magis" karena sifatnya yang dramatis, tetapi ini lebih merupakan bagian dari hiburan semata.

Secara umum, hipnosis yang digunakan dalam terapi atau pengobatan tidak memiliki hubungan dengan hal-hal mistik

 

Apa Tahapan hipnoterapi

 

Hipnoterapi adalah penggunaan hipnosis untuk membantu seseorang mengatasi masalah emosional atau psikologis, seperti stres, kecemasan, fobia, kebiasaan buruk, atau rasa sakit. Proses hipnoterapi biasanya melibatkan beberapa tahapan. Berikut adalah tahapan umum dalam hipnoterapi:

1. Konsultasi Awal (Evaluasi)

Pada tahap ini, terapis dan klien berbicara untuk memahami masalah yang ingin diatasi. Terapi dimulai dengan pengumpulan informasi tentang tujuan klien, sejarah medis, dan masalah yang ingin dipecahkan. Ini membantu terapis merencanakan pendekatan yang tepat.

2. Induksi (Pengenalan Ke Hipnosis)

Tahap ini bertujuan untuk membawa klien ke dalam keadaan relaksasi yang dalam dan fokus tinggi. Terapis akan memandu klien melalui teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, visualisasi, atau suara yang menenangkan, untuk membantu mereka memasuki keadaan hipnosis.

3. Peningkatan Fokus dan Relaksasi

Setelah klien mulai masuk ke dalam keadaan hipnosis, terapis akan mendorong fokus dan relaksasi lebih dalam. Pada titik ini, klien akan merasa sangat tenang dan fokus, sementara pikiran sadar mereka akan lebih "terbuka" untuk sugesti.

4. Pemberian Sugesti

Setelah klien cukup relaks, terapis akan memberikan sugesti positif atau teknik terapi yang sesuai dengan tujuan klien. Misalnya, jika klien ingin mengatasi kecemasan, terapis dapat memberi sugesti yang mengarah pada perasaan tenang dan percaya diri. Sugesti bisa berupa visualisasi, afirmasi, atau pemrograman ulang pola pikir.

5. Penguatan atau Pengubahan Pola Pikir

Dalam fase ini, terapis mungkin akan bekerja untuk membantu klien mengubah pola pikir atau keyakinan yang tidak sehat, atau menggantinya dengan pola pikir yang lebih positif. Tujuan utamanya adalah untuk mengatasi masalah atau kebiasaan yang ingin diubah.

6. Penyelesaian atau Keluar dari Hipnosis

Setelah sesi selesai, terapis akan membimbing klien untuk keluar dari keadaan hipnosis secara perlahan. Proses ini akan dilakukan dengan cara yang aman dan bertahap, dengan klien merasa kembali sepenuhnya sadar dan segar.

7. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Setelah sesi selesai, terapis akan mengevaluasi reaksi klien dan apakah tujuan terapi tercapai. Tindak lanjut bisa dilakukan dengan sesi hipnoterapi berikutnya, jika diperlukan, atau untuk memantau perkembangan klien setelah sesi pertama.

Dalam setiap sesi hipnoterapi, sangat penting bahwa klien merasa nyaman dan aman. Hipnoterapi bertujuan untuk memberdayakan klien untuk mengatasi masalah mereka dengan pendekatan yang lebih positif dan efektif.

 

Bagaimana cara uji sugesti pada klien

 

Uji sugesti pada klien adalah langkah penting dalam hipnoterapi untuk memastikan bahwa klien berada dalam keadaan hipnosis yang efektif dan dapat merespons sugesti dengan baik. Uji sugesti juga membantu terapis menilai seberapa dalam klien berada dalam kondisi hipnosis dan seberapa sensitif klien terhadap sugesti yang diberikan.

Berikut adalah beberapa cara untuk menguji sugesti pada klien:

1. Uji Relaksasi Otot

Tujuan: Menguji kedalaman relaksasi dan respons tubuh terhadap sugesti.

  • Terapis dapat memberikan sugesti untuk membuat salah satu bagian tubuh klien terasa berat atau ringan. Misalnya, mengatakan, "Saya ingin tangan Anda merasa sangat ringan, seolah-olah tangan Anda bisa terangkat sendiri."
  • Jika klien merasakan perubahan (misalnya tangan terasa lebih ringan atau lebih berat), itu menunjukkan bahwa mereka mulai merespons sugesti.

2. Uji Kekuatan atau Pergerakan Tangan

Tujuan: Menguji seberapa dalam klien dapat merespons sugesti yang lebih spesifik.

  • Terapis dapat meminta klien untuk menutup matanya dan memberikan sugesti seperti "Tangan Anda akan bergerak naik dengan sendirinya" atau "Tangan Anda akan terkunci dan tidak bisa bergerak."
  • Jika tangan klien bergerak atau terangkat, atau mereka tidak bisa menggerakkan tangan setelah diberikan sugesti, itu menunjukkan bahwa klien cukup responsif terhadap sugesti.

3. Uji Peningkatan atau Pengurangan Sensasi

Tujuan: Menguji respons tubuh klien terhadap sugesti sensori.

  • Terapis dapat memberikan sugesti untuk mengubah sensasi fisik, seperti "Rasakan sejuk atau dingin di tangan Anda" atau "Bagian tubuh Anda akan terasa sangat hangat."
  • Jika klien merasakan perubahan sensasi (misalnya tangan mereka terasa dingin atau hangat), itu menunjukkan bahwa mereka dapat merespons sugesti yang lebih halus.

4. Uji Peningkatan Fokus

Tujuan: Menguji kemampuan klien untuk tetap fokus dalam keadaan hipnosis.

  • Terapis bisa memberikan sugesti untuk klien tetap fokus pada suara terapis atau pada objek tertentu yang ada di sekitarnya. Misalnya, "Fokuskan perhatian Anda pada suara saya dan biarkan semua pikiran lain menghilang."
  • Jika klien dapat mempertahankan fokus dan tampak semakin dalam dalam hipnosis, ini menunjukkan bahwa mereka dapat merespons sugesti untuk meningkatkan fokus.

5. Uji Pengalaman Emosional

Tujuan: Menguji respons emosional terhadap sugesti.

  • Terapis dapat memberikan sugesti untuk menstimulasi perasaan tertentu. Misalnya, "Bayangkan diri Anda berada di tempat yang sangat damai dan tenang," atau "Rasakan rasa percaya diri yang kuat mengalir dalam diri Anda."
  • Jika klien melaporkan merasakan perasaan tersebut (misalnya ketenangan atau rasa percaya diri), ini menunjukkan bahwa mereka dapat merespons sugesti emosional.

6. Uji Sugesti Pengekangan (Catalepsy)

Tujuan: Menguji respons tubuh terhadap sugesti yang lebih mendalam.

  • Terapis dapat memberikan sugesti seperti "Lengan Anda akan menjadi kaku dan tidak bisa digerakkan," atau "Lengan Anda akan terkunci dan tidak bisa dilepaskan."
  • Jika klien tidak dapat menggerakkan lengan atau tubuh setelah sugesti diberikan, itu menunjukkan bahwa klien cukup dalam dalam kondisi hipnosis dan dapat merespons sugesti yang lebih kuat.

7. Uji Perubahan Perilaku atau Kebiasaan

Tujuan: Menguji respons terhadap sugesti yang lebih bertujuan terapeutik.

  • Terapis dapat memberikan sugesti terkait perubahan kebiasaan, seperti "Setelah sesi ini, Anda akan merasa lebih mudah berhenti merokok" atau "Anda akan merasa lebih tenang dan percaya diri dalam situasi yang biasanya membuat Anda cemas."
  • Jika klien melaporkan perubahan dalam perilaku atau perasaan mereka setelah beberapa waktu, ini menunjukkan bahwa sugesti tersebut mulai bekerja.

8. Uji Memori atau Akses Pikiran

Tujuan: Menguji kemampuan klien untuk mengakses memori atau informasi yang tersembunyi.

  • Terapis bisa memberikan sugesti seperti "Cobalah untuk mengingat momen bahagia dalam hidup Anda" atau "Coba bayangkan sebuah tempat yang memberi Anda perasaan nyaman."
  • Jika klien dapat dengan mudah mengakses ingatan atau gambar yang disarankan, ini menunjukkan mereka dapat merespons sugesti untuk membuka pikiran bawah sadar mereka.

9. Uji Pengalaman Visualisasi

Tujuan: Menguji seberapa baik klien dapat berimajinasi atau memvisualisasikan suatu hal.

  • Terapis bisa meminta klien untuk membayangkan suatu objek atau tempat. Misalnya, "Bayangkan diri Anda berada di sebuah pantai yang indah dan tenang."
  • Jika klien dapat mengalaminya dalam pikiran mereka (melihat gambar mental yang jelas), itu menunjukkan bahwa mereka mampu merespons sugesti visual.

Catatan untuk Terapis:

  • Kesabaran dan Keamanan: Selalu penting untuk melakukan uji sugesti dengan penuh perhatian terhadap kenyamanan klien dan dengan kesabaran. Hipnosis tidak bekerja dengan cara yang sama pada setiap orang, jadi hasilnya bisa bervariasi.
  • Memahami Respons: Jika klien tidak merespons sugesti dengan cara yang diharapkan, jangan merasa cemas. Setiap individu berbeda, dan respons terhadap sugesti bisa bervariasi tergantung pada tingkat kedalaman hipnosis dan kesiapan klien.
  • Pengamatan Non-Verbal: Selain respons verbal klien, perhatikan juga perubahan non-verbal (misalnya, gerakan tubuh, ekspresi wajah, atau pernapasan), karena ini juga bisa menunjukkan bagaimana klien merespons sugesti.

Dengan menguji sugesti ini, terapis dapat lebih memahami seberapa dalam klien berada dalam keadaan hipnosis dan menyesuaikan pendekatan terapeutik untuk membantu mencapai hasil yang optimal.

 

Apa langkah Building Rapport


Building rapport adalah proses membangun hubungan yang baik dengan orang lain berdasarkan kepercayaan, keterbukaan, dan pemahaman. Berikut adalah langkah-langkah dalam membangun rapport:

1. Tunjukkan Ketertarikan yang Tulus

  • Dengarkan dengan aktif dan tunjukkan bahwa kamu benar-benar peduli dengan apa yang mereka katakan.
  • Ajukan pertanyaan terbuka untuk mendorong mereka berbicara lebih banyak.

2. Gunakan Bahasa Tubuh yang Positif

  • Jaga kontak mata yang alami, jangan terlalu menatap atau menghindari tatapan.
  • Gunakan ekspresi wajah yang ramah dan tersenyum.
  • Condongkan tubuh sedikit ke arah lawan bicara untuk menunjukkan minat.

3. Cerminkan (Mirroring) Komunikasi Lawan Bicara

  • Sesuaikan nada suara, kecepatan bicara, atau gaya komunikasi dengan lawan bicara agar terasa lebih nyaman.
  • Jika mereka menggunakan bahasa yang santai, kamu bisa sedikit menyesuaikan tanpa kehilangan keaslian diri.

4. Cari Kesamaan

  • Temukan minat, pengalaman, atau nilai yang sama untuk membangun koneksi lebih cepat.
  • Bisa dimulai dari hal sederhana seperti hobi, tempat asal, atau pengalaman kerja.

5. Bersikap Autentik dan Jujur

  • Jangan berpura-pura menjadi orang lain, tetapi tunjukkan ketulusan dalam berinteraksi.
  • Akui jika tidak tahu sesuatu daripada berpura-pura tahu.

6. Gunakan Humor Secara Alami

  • Humor yang ringan dapat mencairkan suasana dan membangun keakraban lebih cepat.
  • Hindari humor yang berlebihan atau bisa menyinggung orang lain.

7. Tunjukkan Empati

  • Pahami perspektif lawan bicara dan validasi perasaan mereka.
  • Gunakan frasa seperti "Saya bisa memahami bagaimana perasaan Anda" atau "Itu pasti tidak mudah bagi Anda".

8. Bersikap Sabar dan Konsisten

  • Bangun kepercayaan secara perlahan, jangan terburu-buru dalam membangun hubungan.
  • Tunjukkan ketertarikan yang konsisten dalam interaksi berikutnya.

Rapport yang baik bisa meningkatkan kualitas komunikasi, membangun kepercayaan, dan memperkuat hubungan jangka panjang, baik dalam konteks profesional maupun personal. 🚀

 

Apa langkah langkah meng induksi agar Fokus

Induksi untuk meningkatkan fokus sering digunakan dalam meditasi, hipnosis, atau latihan konsentrasi. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa kamu lakukan untuk membantu diri sendiri atau orang lain masuk ke dalam kondisi fokus yang mendalam:

1. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung

  • Pilih tempat yang tenang dan minim gangguan.
  • Gunakan pencahayaan yang nyaman (tidak terlalu terang atau gelap).
  • Jika memungkinkan, putar musik instrumental atau suara alam yang menenangkan.

2. Atur Posisi yang Nyaman

  • Duduk dengan posisi tegak namun rileks, atau berbaring jika itu lebih membantu.
  • Lepaskan ketegangan di tubuh dengan mengendurkan otot-otot yang tegang.

3. Gunakan Teknik Pernapasan

  • Tarik napas dalam-dalam melalui hidung, tahan sebentar, lalu hembuskan perlahan melalui mulut.
  • Ulangi 5–10 kali hingga tubuh dan pikiran lebih rileks.

4. Gunakan Panduan Verbal atau Internal

  • Bisa menggunakan suara sendiri atau dipandu oleh seseorang.
  • Contoh kalimat sugesti:
    • “Sekarang saya akan semakin fokus dan sadar penuh pada tugas saya.”
    • “Setiap napas yang saya ambil membuat saya semakin tenang dan siap berkonsentrasi.”

5. Terapkan Visualisasi

  • Bayangkan diri berada di tempat yang penuh ketenangan, seperti pantai atau taman.
  • Bisa juga membayangkan diri sedang bekerja dengan penuh fokus dan menyelesaikan tugas dengan sukses.

6. Gunakan Teknik Fiksasi (Fokus pada Satu Titik)

  • Tatap satu objek (seperti lilin menyala atau titik di dinding) selama beberapa detik hingga pikiran mulai terfokus.
  • Bisa juga menggunakan suara atau sensasi fisik tertentu sebagai titik fokus.

7. Gunakan Pola Hitungan atau Kata Pemicu

  • Hitung mundur dari 10 ke 1 sambil semakin rileks.
  • Gunakan kata pemicu seperti “fokus”, “tenang”, atau “siap” untuk membantu mengalihkan perhatian ke tugas utama.

8. Akhiri dengan Sugesti Positif

  • Berikan afirmasi seperti “Sekarang saya sepenuhnya fokus dan siap melakukan yang terbaik.”
  • Rasakan transisi kembali ke kondisi normal dengan tetap mempertahankan ketenangan dan konsentrasi.

Teknik ini dapat digunakan sebelum belajar, bekerja, atau melakukan tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Semakin sering dilakukan, semakin mudah untuk masuk ke kondisi fokus dengan cepat! 🚀

 

Apa langkah langkah Deepening ?


Deepening adalah proses memperdalam kondisi relaksasi atau fokus setelah seseorang memasuki keadaan awal trance, meditasi, atau hipnosis. Teknik ini membantu meningkatkan ketenangan, konsentrasi, dan efektivitas sugesti. Berikut adalah langkah-langkahnya:


1. Gunakan Teknik Pernapasan yang Lebih Dalam

  • Tarik napas perlahan dan dalam, tahan sebentar, lalu hembuskan dengan lebih lama.
  • Fokus pada ritme napas untuk membawa tubuh dan pikiran semakin tenang.

2. Hitung Mundur untuk Memperdalam Kondisi

  • Hitung mundur dari 10 hingga 1 dengan nada suara yang semakin lembut (jika dilakukan secara verbal).
  • Setiap hitungan, bayangkan diri semakin tenggelam dalam ketenangan dan fokus.

3. Gunakan Teknik Visualisasi

  • Bayangkan diri turun ke tempat yang lebih dalam, seperti menuruni tangga, lift, atau menyelam ke dalam air hangat.
  • Bisa juga membayangkan tubuh semakin ringan atau semakin nyaman di tempat tidur yang empuk.

4. Gunakan Sugesti Berulang

  • Ulangi kata-kata seperti:
    • “Saya semakin rileks dan fokus.”
    • “Setiap napas membawa saya lebih dalam.”
    • “Saya semakin nyaman dan damai.”

5. Terapkan Metode Progressive Relaxation

  • Scan tubuh dari kepala hingga kaki, secara perlahan melepaskan ketegangan di setiap bagian.
  • Fokus pada sensasi berat, ringan, atau hangat di tubuh.

6. Gunakan Teknik Pendalaman Ganda (Double Deepening)

  • Setelah satu teknik berhasil, ulangi dengan metode lain untuk memperdalam efeknya.
  • Contoh: setelah hitungan mundur, lakukan visualisasi perjalanan ke tempat yang lebih dalam.

7. Gunakan Pemicu Sensorik (Anchoring)

  • Sentuh jari, genggam tangan, atau gunakan suara tertentu sebagai pemicu mendalamkan keadaan.
  • Bisa juga dengan mengulangi kata pemicu seperti “tenang” atau “lebih dalam”.

8. Perkuat dengan Pengulangan dan Keyakinan

  • Ulangi beberapa kali sampai kondisi benar-benar terasa mendalam.
  • Percaya bahwa setiap langkah membawa efek yang lebih kuat.

Teknik deepening ini bisa digunakan dalam meditasi, hipnosis, atau latihan fokus agar hasilnya lebih optimal. Semakin sering dilatih, semakin mudah masuk ke kondisi yang lebih dalam dengan cepat! 🚀

 

Penerapan Hypno terapuetik agar klien menerima

Penerapan Hypnotherapeutic Agar Klien Menerima Sugesti dengan Baik

Agar klien menerima sugesti dengan efektif dalam hypnotherapy, ada beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan. Berikut adalah tahapan penerapannya:


1. Membangun Rapport yang Kuat

  • Pastikan klien merasa nyaman dan percaya dengan terapis.
  • Gunakan komunikasi yang empatik dan tunjukkan ketertarikan yang tulus.
  • Gunakan teknik mirroring (menyesuaikan gaya komunikasi klien).

2. Identifikasi Masalah dan Tujuan Terapi

  • Diskusikan masalah yang ingin diatasi klien dengan pertanyaan terbuka.
  • Tentukan tujuan yang jelas dan realistis dari sesi hypnotherapy.
  • Pastikan klien memahami bagaimana hypnosis dapat membantu mereka.

3. Induksi Hipnosis

  • Gunakan teknik relaksasi seperti:
    • Pernapasan dalam dan teratur.
    • Visualisasi tempat tenang (pantai, taman, atau ruangan nyaman).
    • Hitungan mundur (10 hingga 1) untuk memasuki keadaan trance.
  • Pastikan klien merasa rileks dan fokus sebelum melanjutkan.

4. Pendalaman Trance (Deepening)

  • Gunakan teknik seperti:
    • Menyuruh klien membayangkan dirinya turun tangga atau lift.
    • Sugesti verbal seperti “Semakin rileks dan nyaman…”
    • Progressive relaxation (melepaskan ketegangan dari kepala hingga kaki).
  • Semakin dalam kondisi trance, semakin efektif sugesti yang diberikan.

5. Pemberian Sugesti Terapeutik

  • Gunakan kata-kata yang positif, sederhana, dan spesifik, misalnya:
    • “Mulai sekarang, Anda merasa lebih percaya diri.”
    • “Setiap hari, Anda semakin tenang dan bahagia.”
  • Gunakan afirmasi yang berulang untuk memperkuat efeknya.
  • Sesuaikan sugesti dengan keyakinan dan pengalaman klien agar lebih dapat diterima.

6. Penguatan dan Visualisasi Hasil Positif

  • Minta klien membayangkan diri mereka mencapai tujuan terapi.
  • Gunakan teknik Future Pacing (membayangkan bagaimana perubahan ini memengaruhi kehidupan mereka ke depan).

7. Terminasi (Membawa Klien Kembali ke Kesadaran Normal)

  • Gunakan hitungan naik (1 hingga 5) untuk mengembalikan kesadaran klien secara perlahan.
  • Beri sugesti positif bahwa mereka akan merasa segar, berenergi, dan membawa manfaat dari sesi ini.

8. Evaluasi dan Tindak Lanjut

  • Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah sesi.
  • Diskusikan perubahan yang mereka rasakan.
  • Beri latihan afirmasi atau teknik relaksasi yang bisa mereka gunakan sendiri.

🔹 Kunci agar klien menerima hipnoterapi dengan baik:
Ciptakan rasa aman dan nyaman.
Gunakan bahasa sugesti yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Pastikan klien dalam kondisi trance yang cukup dalam.
Lakukan penguatan secara bertahap agar efeknya lebih tahan lama.

Dengan teknik yang tepat, klien bisa menerima dan merespons terapi dengan lebih baik, sehingga manfaatnya bisa maksimal! 🚀


Apa langkah metode Regresion

Langkah-Langkah Metode Regresi dalam Hipnoterapi

Regresi dalam hipnoterapi adalah teknik yang digunakan untuk membawa klien kembali ke pengalaman masa lalu guna memahami dan mengatasi trauma, emosi negatif, atau pola pikir yang terbentuk dari kejadian tertentu. Berikut langkah-langkahnya:


1. Persiapan dan Membangun Rapport

  • Pastikan klien merasa nyaman dan percaya dengan terapis.
  • Jelaskan tujuan regresi dan yakinkan klien bahwa mereka tetap memiliki kendali selama sesi.
  • Identifikasi masalah atau emosi yang ingin diatasi.

2. Induksi Hipnosis

  • Gunakan teknik relaksasi seperti:
    • Pernapasan dalam dan fokus pada ketenangan.
    • Visualisasi tempat aman dan nyaman.
    • Hitungan mundur untuk membawa klien ke kondisi trance.
  • Pastikan klien berada dalam kondisi hipnosis yang cukup dalam sebelum melanjutkan.

3. Pendalaman (Deepening)

  • Gunakan teknik seperti:
    • Menyuruh klien membayangkan mereka turun tangga atau masuk ke dalam terowongan waktu.
    • Sugesti verbal seperti “Semakin dalam Anda masuk, semakin mudah Anda mengingat.”
  • Konfirmasi dengan klien apakah mereka merasa cukup dalam untuk melakukan regresi.

4. Mengakses Kenangan Masa Lalu

  • Gunakan teknik regresi untuk membawa klien kembali ke waktu tertentu, misalnya:
    • Age Regression: Mengembalikan klien ke usia tertentu dengan bertanya, "Sekarang Anda kembali ke usia 5 tahun, apa yang Anda lihat?"
    • Affect Bridge: Menggunakan emosi saat ini untuk menelusuri akar masalah, misalnya “Kapan pertama kali Anda merasakan perasaan ini?”
    • Time Line Therapy: Meminta klien membayangkan perjalanan waktu mereka dan melihat kejadian penting di masa lalu.

5. Eksplorasi dan Identifikasi Penyebab

  • Ajak klien untuk menceritakan apa yang mereka alami dengan detail.
  • Tanyakan apa yang mereka rasakan, pikirkan, dan reaksi mereka saat itu.
  • Pastikan klien hanya mengingat, bukan mengalami kembali trauma secara menyakitkan.

6. Reframing dan Healing (Penyembuhan Trauma)

  • Bantu klien melihat peristiwa dari perspektif yang lebih positif.
  • Gunakan teknik seperti:
    • Inner Child Healing: Beri sugesti kepada diri kecil mereka bahwa mereka aman sekarang.
    • Forgiveness Therapy: Membantu klien melepaskan dendam atau luka batin dengan memaafkan.
    • Rewriting Memory: Mengubah interpretasi pengalaman agar lebih positif.

7. Sugesti Positif dan Penguatan

  • Beri afirmasi seperti:
    • “Sekarang Anda lebih kuat dan bebas dari pengaruh negatif masa lalu.”
    • “Setiap hari, Anda merasa lebih damai dan percaya diri.”
  • Pastikan klien merasa lebih baik dan tidak membawa beban emosional dari sesi ini.

8. Terminasi (Membawa Klien Kembali ke Kesadaran Normal)

  • Hitung naik dari 1 sampai 5 dan berikan sugesti bahwa mereka akan merasa segar dan tenang.
  • Pastikan klien merasa nyaman sebelum membuka mata.

9. Evaluasi dan Diskusi Pasca-Sesi

  • Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah regresi.
  • Diskusikan perubahan atau pemahaman baru yang mereka peroleh.
  • Jika perlu, berikan latihan afirmasi atau sesi tambahan untuk memperkuat hasil terapi.

Penting untuk Diperhatikan

Regresi harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak memperburuk trauma.
Pastikan klien tidak mengalami re-traumatisasi dengan membimbing mereka dengan aman.
Terapis harus memiliki keterampilan dalam menangani emosi yang muncul.
Tidak semua memori yang muncul harus dianggap sebagai fakta, tetapi lebih sebagai pengalaman subjektif klien.

Metode regresi ini sangat efektif untuk menangani trauma, kebiasaan buruk, dan pola pikir negatif dengan memahami akar permasalahannya dan memberikan perspektif baru. 🚀

 

Minggu, 15 Desember 2024

Terapi Syukur dengan Hipnosis

 


*Metode Terapy Hipnoterapi* 


Terapi Syukur dengan Hipnosis

Terapi syukur dengan hipnosis adalah sebuah pendekatan yang menggabungkan kekuatan sugesti positif dalam hipnosis dengan praktik bersyukur. Tujuannya adalah untuk membantu individu mengalihkan fokus pada hal-hal positif dalam hidup mereka, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan mental.


Langkah-langkah Umum

 * Relaksasi:

   * Temukan tempat yang tenang: Carilah tempat yang tenang dan bebas gangguan, seperti kamar tidur atau ruang meditasi.

   * Posisi nyaman: Duduk atau berbaring dalam posisi yang nyaman.

   * Pernapasan dalam: Fokus pada pernapasan Anda. Hirup dalam-dalam melalui hidung dan hembuskan perlahan melalui mulut.


 * Induksi Hipnosis:

   * Fokus pada suara: Dengarkan suara hipnoterapis atau panduan audio yang membimbing Anda menuju relaksasi yang lebih dalam.


   * Visualisasi: Bayangkan diri Anda berada di tempat yang tenang dan damai.


 * Sugesti Positif:

   * Kenangan indah: Ingat kembali momen-momen indah dalam hidup Anda. Rasakan kembali emosi positif yang Anda alami saat itu.


   * Syukur: Ucapkan terima kasih atas semua hal baik yang ada dalam hidup Anda, sekecil apapun itu.


   * Afirmasi positif: Ulangi afirmasi positif seperti "Saya bersyukur atas semua berkah dalam hidup saya." atau "Saya pantas mendapatkan kebahagiaan."


 * Penguatan:

   * Visualisasi masa depan: Bayangkan masa depan yang penuh dengan hal-hal positif.


   * Motivasi: Ingatkan diri Anda bahwa Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan kehidupan yang Anda inginkan.


 * Kembali:

   * Hitungan mundur: Hipnoterapis akan membimbing Anda untuk perlahan-lahan kembali ke kesadaran penuh.


Manfaat Terapi Syukur dengan Hipnosis

 * Mengurangi stres: Membantu mengalihkan fokus dari pikiran negatif ke hal-hal positif.


 * Meningkatkan mood: Meningkatkan perasaan bahagia dan puas.


 * Meningkatkan kualitas tidur: Membantu mengatasi insomnia dan meningkatkan kualitas tidur.


 * Meningkatkan rasa syukur: Membudayakan sikap bersyukur dalam kehidupan sehari-hari.


 * Meningkatkan ketahanan mental: Membantu menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.


Catatan Penting:

 * Konsultasi dengan profesional: Sebaiknya konsultasikan dengan hipnoterapis yang berpengalaman sebelum memulai terapi.


 * Konsistensi: Praktikkan terapi ini secara teratur untuk mendapatkan hasil yang optimal.


 * Tidak menggantikan pengobatan medis: Terapi syukur dengan hipnosis bukan merupakan pengganti pengobatan medis. Jika Anda memiliki masalah kesehatan mental yang serius, segera konsultasikan dengan dokter.


Tambahan:

 * Jurnal syukur: Selain terapi hipnosis, Anda juga bisa membuat jurnal syukur untuk mencatat hal-hal yang Anda syukuri setiap hari.

 * Affirmasi pribadi: Buatlah afirmasi positif yang sesuai dengan tujuan Anda.

 * Visualisasi papan: Buatlah visualisasi papan yang berisi gambar-gambar yang menginspirasi dan memotivasi Anda.


Ingatlah:

Terapi syukur dengan hipnosis adalah sebuah perjalanan pribadi. Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda. Yang penting adalah Anda merasa nyaman dan rileks selama prosesnya.

Apakah Anda ingin tahu lebih banyak tentang topik ini?

Mungkin Anda ingin tahu tentang teknik visualisasi yang lebih spesifik, atau bagaimana cara mengatasi keraguan saat melakukan terapi syukur?


Senin, 02 Desember 2024

Keajaiban Kun Fayakun

 


Keajaiban Kun Fayakun 


JeAjaiban itu ada saat spontanitas . Semua terjadi secara spontan adalah cara kerja pikiran bawah sadar , ber sumber dari Tuhan . penuh keyakinan. 

Terjadi dengan tanpa berpikir analisa ketika bicara doa sholat mengalir spontan itulah keajaiban. 


Imajinasikan saja sudah terjadi 

Maka spontan terjadi . mestakung 

Karena Energi semesta ini mengikuti Imajinasi . E =MC2


Sifat dari spontan itu merupakan hasil pikiran kita yang kita imajinasi kan .

membayangkan keinginan itu sudah realita . Sudah terjadi . Sudah merasakan nikmat nya . Ini sama dengan ngotot keinginan. Yang tertinggi ( ingin banget )


Spontan itu adalah sifat nya Sekarang bukan Akan.

Sudah Terlaksana di pikiran . Itulah cara kerja subconscious Mind. ( pikiran bawah sadar ).

Ini sama saja memaksa semesta untuk mewujudkan nya . 

Sinkron dengan  Waiyya kanasta in. ( minta pertolongan - Pinta kehendak Allah ) .. terjadi lah 

Kun fayakun. 

Apakah mukjizat itu mikir analisa dulu ? Tidak kan ? 

Spontan tanpa mikir . 

Lemparkan tongkat Nabi Musa ..spontan jadi ular 

Lemparkan maka Membela laut . Nabi Musa Tanpa mengeluarkan alasan atau ngga mungkin , atau berpikir mustahil . Tapi tidak . Spontan tanpa mikir  . Yakin imajinasi kan terjadi . Maka jadilah


Demikian Rahasia kebanyakan orang orang sukses itu menggubah subconscious Mind 



www.akhlakulkarimahhipnoterapi.com

Sabtu, 19 Oktober 2024

Lesson 1 : A History of Hypnosis: from Ancient Times to Mode

 


Lesson 1 : A History of Hypnosis: from Ancient Times to Modern

Fenomena Hipnosis dalam Tradisi Kuno


 

Kegiatan dengan unsur-unsur hipnosis (hipnotisme) telah banyak dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, di berbagai tempat dan budaya peradaban manusia.  Di Mesir, budaya hipnotisme telah dikenal sejak masa pra-sejarah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya gambar kuno yang melukiskan adanya kegiatan penyembuhan; gambar orang-orang yang sedang tertidur dan tabib yang mengobatinya.

Naskah kuno di Mesir, Papirus Ebers—yang ditemukan pada abad ke-19 di kota Thebes—hingga saat ini, diperkirakan menjadi bukti tertulis pertama yang menuliskan berbagai kegiatan ritual dengan unsur-unsur hipnosis. Naskah ini menceritakan adanya terapi “tidur” di kuil-kuil Mesir oleh Imhotep, seorang penyembuh dan pemikir pada masa pemerintahan Faraoh Zoser, pada 2980—2900 SM.

Tradisi pengobatan yang sama juga dikenal di Yunani lewat praktik-praktik penyembuhan di kuil-kuil Eskulapian sekitar tahun 500 SM. Sementara itu, di China, kegiatan penyembuhan dengan menggunakan mantra dan penumpangan tangan sempat dituliskan oleh Wong Tai, yang dikenal sebagai Bapak Pengobatan di China, pada 2600 SM.

James Braid (pencetus istilah “hypnosis”), dalam bukunya yang berjudul Neurypnology (1843), menyebutkan banyak tradisi kuno lain di Asia yang lekat dengan hipnotisme. Beberapa yang tercatat dalam buku tersebut adalah praktik meditasi Hindu Kuno dan budaya tradisional Persia yang berkesesuaian dengan kegiatan hipnosis. Contohnya adalah pengulangan kata-kata dengan ritme tertentu (mantra) dan tarian-tarian ritual yang menyebabkan fenomena trans.

Budaya hipnosis juga dikenal di kalangan masyarakat Eropa sejak abad pertengahan. Di Inggris, Edward the Confessor (1066) memperkenalkan penyembuhan dengan menyentuh rakyatnya yang sedang sakit, yang dikenal dengan istilah “royal touch”.  Kebiasaan itu juga diikuti para raja di Prancis, yang menyebut diri mereka sebagai maha penyembuh (devine). Penyembuhan dengan penumpangan tangan di atas kepala orang yang sakit sambil mengutip bacaan dari kitab suci juga banyak dilakukan oleh imam-imam gereja pada zaman tersebut.

Kebiasaan ini akhirnya mulai ditinggalkan pada akhir abad ke-18, era renaissance, karena  masyarakat Eropa mulai mencari dasar ilmiah atas berbagai fenomena yang terjadi.

Magnetisme: Awal Teori Hipnosis Modern

Pada masa-masa sebelumnya, penyembuhan-penyembuhan yang identik dengan hipnotisme tersebut dianggap penuh dengan nuansa magis dan tidak masuk akal. Namun, pada perkembangan selanjutnya, para ahli mulai mempelajari sisi rasional di balik fenomena tersebut.

Salah satu tokoh ahli tersebut adalah Franz Anton Mesmer (1734—1815), seorang berkebangsaan Austria yang mencurahkan waktunya untuk melakukan penelitian ilmiah terhadap kegiatan tersebut.

Mesmer meneliti berdasarkan metode yang dilakukan oleh Paracelcus (1493—1541), seorang penyembuh asal Swiss yang melakukan kegiatan penyembuhannya dengan peletakan tangan dan gerakan tangan (passé) magnetis. Mesmer juga terinspirasi oleh gurunya, Father Maximillian Hell (1720—1792), dan Richard Mead—yang mengatakan sistem kehidupan berjalan sesuai keseimbangan alam.

Selain itu, Mesmer juga terinspirasi oleh seorang pendeta Jesuit yang mencoba menemukan cara untuk menyembuhkan orang dengan pelat metal. Hal itu menginspirasi Mesmer dalam mengemukakan teori-teori ilmiah atas inspirasi berbagai metode penyembuhan yang ia teliti, yang kemudian dikenal dengan “Magnetisme” atau “Mesmerisme”.

Pada masa mendatang, teori tersebut dianggap tidak valid dan relevan. Akan tetapi, karena penelitiannya tersebut, Mesmer telah mengubah persepsi baru terhadap kegiatan-kegiatan penyembuhan yang sebelumnya dipandang sebagai bagian dari sihir. Karena itulah, Mesmer dianggap sebagai Bapak Hipnotisme Modern.

Dalam teorinya, Mesmer mengemukakan adanya cairan misterius dalam tubuh manusia dan alam semesta yang disebutnya sebagai gravitasi binatang (animal gravitation), kemudian istilah itu ia koreksi menjadi magnetisme binatang (animal magnetism).

Menurut teori Mesmer, segala penyakit dalam tubuh manusia terjadi karena tidak adanya keseimbangan dari cairan tersebut di dalam tubuh. Oleh karena itu, Mesmer beranggapan bahwa penyembuhan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan meletakkan medan magnet pada bagian-bagian tubuh si pasien yang sakit.

Pada perkembangan selanjutnya, Mesmer menemukan bahwa penggunaan medan magnet tidak perlu lagi dilakukan karena tubuh manusia yang sehat dapat menyalurkan energi magnetis untuk menyembuhkan orang yang sakit. Selanjutnya, penyembuhan yang dilakukan oleh Mesmer mulai meninggalkan penggunaan medan magnet dan dilakukan dengan pengalirkan energi magnetis dari telapak tangan sang penyembuh.

Metode penyembuhan tersebut tidak lazim dan kontroversial sehingga Mesmer dikucilkan oleh kalangan dokter di Wina, Austria, dan izin praktik dokternya pun dicabut. Sejak itu, Mesmer pindah ke Paris, membuka praktik di sana dan menjadi sangat terkenal. Namun, di Paris, Mesmer mengalami hal serupa. Ia banyak mendapat kecaman dan tentangan terhadap metode yang digunakannya.

Pada 1784, Raja Prancis  Louis XVI membentuk suatu dewan khusus yang terdiri atas para ahli untuk meneliti teori Mesmerisme. Dewan itu disebut “The Franklin’s Commision”, yang beranggotakan Benjamin Franklin (ilmuwan penemu alat penangkal petir dan juga duta besar Amerika untuk Prancis pada saat itu), Dr. Guillotin (dokter ahli nyeri dan penemu mesin pemenggal kepala, Guillotin, yang terkenal), dan Antoine Lavoisier (penemu hukum kekekalan massa).

Dalam hasil penelitiannya, dewan khusus tersebut tidak menemukan bukti-bukti ilmiah dalam teori Mesmer sehingga teori tersebut dinyatakan tidak relevan. Hal ini menyebabkan Mesmer terkucil hingga ia meninggalkan Paris dan tinggal di Swiss hingga akhir hayatnya sambil terus mempraktikkan Magnetisme. Namun, bagaimanapun, saat itu, Magnetisme telah menyebar ke sebagian besar Eropa. Hal itu menarik perhatian para ahli lain untuk menyelidiki lebih lanjut tentang fenomena penyembuhan yang dilakukan oleh Mesmer.

 

 

Hipnosis Pasca–Mesmerisme


Sepeninggal Mesmer, teori Magnetisme menjadi perbincangan hangat para ahli di berbagai kalangan dan dokter medis. Beberapa di antara mereka memercayai kebenaran teori Magnetisme, sementara  yang lainnya mencoba mencari  landasan ilmiah lain di balik teori tersebut. Berikut ini beberapa dari para ahli tersebut.

Marquis de Puysegur (1751—1825)

Marquis de Puysegur merupakan ahli berkebangsaan Prancis yang menjadi salah seorang murid Mesmer.

Penelitiannya menghasilkan penemuan-penemuan yang melahirkan istilah-istilah baru, misalnya somnambulism artificial (kondisi trans yang sangat dalam yang dikondisikan bukan secara alamiah), positive & negative hallucination (halusinasi positif yang berarti sebuah kondisi melihat suatu fenomena yang sebenarnya tidak ada. Kebalikannya adalah halusinasi negatif yang berarti sebuah kondisi yang tidak melihat sesuatu yang sebenarnya ada), dan automatic ideomotor (respons saraf otomatis dalam kondisi trans).

Abbe Faria (1756—1819)

Ia adalah seorang biarawan Indo-Portugis yang berasal dari Goa, sebelah barat India, dan banyak mendalami tradisi-tradisi penyembuhan Timur.

Ia menolak pendapat Mesmer yang menyatakan adanya cairan magnetik dalam tubuh manusia. Ia lebih menekankan fenomena trans yang timbul akibat konsentrasi si pasien sendiri. Abbe Faria-lah yang kali pertama memperkenalkan teknik eye fixation, yaitu sebuah teknik menatap mata sang pasien terus-menerus untuk membawanya dalam kondisi trans.

Johann Joseph Gassner (1727—1779)

Ia adalah seorang uskup Katolik yang mempraktikkan Magnetisme yang dikombinasikan dengan ritual agama dalam ritual-ritual penyembuhannya. Ia memercayai kebenaran teori Mesmer dan menganggap teori tokoh tersebut tidak bertentangan dengan kepercayaan agamanya.

Joseph Philippe Francois Deleuze (1753—1835)

Pria berkebangsaan Prancis ini menemukan adanya sugesti yang diberikan kepada pasien dalam kondisi trans tetap terbawa ketika pasien tersebut sadar kembali (yang sekarang ini disebut dengan post-hypnotic suggestion).

 

 

John Elliotson (1791—1868)

John Elliotson merupakan dokter bedah Inggris yang menerapkan Magnetisme dalam banyak kegiatan pembedahannya. Bahkan, ia terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya setelah pemerintah Inggris mengeluarkan larangan penggunaan Mesmerisme di rumah sakit, pada 1838.

James Esdaille (1808—1859)

Ia adalah seorang dokter Skotlandia yang bekerja di India dan sangat terapresiasi terhadap apa yang dilakukan oleh Elliotson. Penulis buku Mesmerism in India ini banyak menggunakan Magnetisme dalam praktik kedokterannya, terutama untuk kegiatan anestesia (pembiusan) karena pada saat itu obat bius belum ditemukan. Ia menyatakan pernah melakukan anestesia dengan Magnetisme untuk sebanyak 345 operasi besar. Praktik tersebut meminimalkan risiko kematian pada pembedahan, dari 50% menjadi hanya 5%.  Namun, sama halnya dengan Elliotson, British Medical Association (BMA)—lembaga yang menaungi para dokter medis Inggris Raya—mencabut izin kedokteran Esdaille karena dianggap melakukan tindakan medis yang menyimpang. Ia juga mendapat tentangan dari gereja Ortodoks waktu itu karena menghilangkan rasa sakit disebut dengan pelanggaran terhadap rencana Tuhan.

 Era Abad ke-19: Diperkenalkannya Istilah “Hipnosis”

James Braid (1795—1860), ahli bedah Skotlandia, merupakan salah satu orang yang awalnya tidak memercayai Magnetisme. Namun, dalam suatu pertunjukan Magnetisme yang dilakukan oleh seseorang bernama Lafontaine, ia berpendapat bahwa fenomena trans yang dilihatnya sungguhlah nyata, yaitu adegan menusukkan jarum kepada seorang wanita partisipan yang mengalami trans. Hal itu membuatnya tertarik untuk mempelajari teori Mesmer lebih lanjut.

Melalui penelitian eye fixation, Braid menemukan kebenaran lain yang tidak termuat dalam teori Mesmer. Braid menolak teori Mesmer tentang adanya energi magnetis dalam tubuh manusia, meskipun di sisi lain ia mengakui beberapa kebenaran dalam teori Mesmer. Menurut Braid, fenomena trans yang terjadi bukanlah akibat medan magnet dalam tubuh manusia, melainkan akibat adanya “tidur saraf” yang muncul karena perhatian terfokus oleh objek tertentu.

Dalam bukunya yang berjudul Neurypnology: The Rationale of Nervous Sleep (1843), Braid mengemukakan penggunaan istilah “neuro-hypnotism” untuk menggantikan istilah Mesmerisme dan Magnetisme. Istilah neuro-hypnotism yang dimaknai sebagai “tidur saraf” inilah yang kemudian disingkat sebagai hypnotism” (hipnotisme). Pengambilan istilah ini diadaptasi dari kosakata Yunani yaitu hypnos, nama Dewa Tidur mitologi Yunani yang digambarkan mempunyai sepasang sayap di kepalanya.

Namun, kemudian, Braid menyadari bahwa penggunaan istilah “hypnotism” tidaklah sepenuhnya tepat karena trans yang terjadi tidaklah identik dengan tidur. Braid memperkenalkan istilah baru “monoideaism” untuk menggantikan istilah “hypnotism” yang berarti terpusatnya suatu perhatian pada suatu ide yang terjadi karena kekuatan sugesti, bukan oleh energi magnet. Namun, istilah “hypnotism” sudah telanjur menyebar dan digunakan sebagai kosakata baru hingga saat ini.

Berkat penelitian Braid tersebut, penelitian dan ketertarikan ilmiah terhadap fenomena trans berkembang lebih pesat dan membuat para ahli tertarik menelitinya untuk lebih jauh.

Abad ke-19: Pasca–Teori Braid

Berikut ini beberapa ahli yang turut melakukan penelitian lebih lanjut terhadap fenomena trans dan hipnotisme.

Jean Martin Charcot (1825—1893)

Ia adalah seorang ahli saraf (neurolog) Prancis yang banyak menggunakan hipnotisme untuk penanganan kasus-kasus histeria.  Charcot berpendapat bahwa dalam kondisi hipnosis, seseorang bukanlah menjadi tidak sadar, melainkan kesadarannya bergeser di bawah kesadaran normal. Penelitian Charcot yang menunjukkan korelasi antara histeria dan hipnotisme—yang menyatakan bahwa pada dasarnya hipnosis adalah histeria (meskipun sebenarnya salah)—membuat hipnotisme diterima di kalangan dokter medis dan para ahli dalam French Academy of Science.

Ambroise-Auguste Liebeault (1823—1904)

Liebeault merupakan seorang dokter medis yang memandang hipnotisme sebagai fenomena yang rasional dan ilmiah. Ia mempraktikkan hipnotisme kepada pasien-pasiennya di kota Nancy, Prancis. Penelitian Liebeault memberikan teori pentingnya keterjalinan hubungan antara penghipnosis dengan pasiennya sebagai faktor penentu keberhasilan proses hipnosis, yang kemudian disebut dengan rapport. Liebeault mengoreksi pula pandangan Charcot yang menyatakan bahwa hipnosis pada dasarnya adalah histeria, tetapi benar-benar sebagai suatu proses normal akibat sugesti. Bersama rekannya yang bernama Hippolyte Bernheim (1840—1919), ia membuka sekolah hipnosis yang diberi nama The Nancy School of Hypnosis.

Hippolyte Bernheim (1840—1919)

Ia adalah penulis buku Suggestive Therapeutics (1886) dan merupakan rekan Liebeault. Ia dan Liebeault mengemukakan teori bahwa pengaruh sugesti memegang peranan penting pada proses hipnotisme.

 Pierre Marie Felix Janet (1859—1947)

Ia adalah seorang ahli dari Prancis yang merupakan murid Charcot. Janet menyumbangkan teori “disosiasi”, yaitu keterpisahan pengalaman traumatis masa lalu yang menyebabkan histeria, yang sebenarnya tidak hilang, tetapi hanya terpisah dalam kesadaran lebih rendah. Ia adalah orang yang kali pertama memperkenalkan istilah subconscious (bawah sadar) sebagai bagian yang terpisah dari kesadaran normal.

Sigmund Freud (1856—1939)

Freud yang berasal dari Austria sangat terkesan oleh hipnotisme yang banyak dilakukan Charcot dan ia pun belajar kepada tokoh tersebut. Ia juga belajar kepada Bernheim dan Libeault serta menerapkan praktik-praktik hipnotisme untuk menyembuhkan pasien akibat histeria. Kemudian, Freud meninggalkan hipnotisme dan lebih memperkenalkan teori baru, yaitu psikoanalisis. Meski demikian, Freud telah memberikan sumbangan teori hipnotisme dengan memperkenalkan secara lebih terperinci mengenai fenomena bawah sadar manusia dan cara kerjanya.

Melalui teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, pola pandang terhadap hipnosis sebagai suatu fenomena yang ilmiah dan alamiah mengalami perkembangan yang pesat seiring perkembangan zaman. Pada 8—12 Agustus 1889, diselenggarakan Kongres Internasional Pertama untuk Penggunaan dan Terapi Hipnosisme (First International Congress for Experimental and Therapeutic Hypnotism). Kongres yang diselenggarakan di Paris ini mendiskusikan hipnotisme lebih lanjut dan dihadiri oleh tokoh-tokoh hipnotisme, antara lain Charcot, Bernheim, Liebeault, dan Freud. Kongres ini berlanjut dan diadakan kembali pada 12—16 Agustus 1900.

Pada 1892, dengan suara bulat, British Medical Association (BMA) memperbolehkan penggunaan hipnotisme secara lebih lanjut, yang dijabarkan bukan melalui konsep-konsep magnetisme.

 Hipnosis pada Abad ke-20


Setelah bermunculan konsep-konsep hipnotisme yang dapat dibuktikan secara rasional, pada abad ke-20, penggunaan hipnosis mulai diperbolehkan secara resmi di berbagai negara. Hal itu terjadi setelah diketahui bahwa penerapan hipnosis terbukti bermanfaat besar, terutama dalam penanganan korban traumatik pasca-Perang Dunia I, II, dan Perang Korea, yang dikenal dengan istilah Post Traumatic Stress Disorder.

 

Tokoh-Tokoh Hipnosis pada Abad ke-20

 

Siapakah tokoh-tokoh hipnosis yang berperan besar dalam perkembangan hipnosis abad ke-20?

Emile Coue (1857—1926)

Coue adalah seorang ahli farmasi dari Prancis yang juga merupakan pendiri sekolah hipnosis The New Nancy School. Dalam pengalamannya, Coue menemukan bahwa pujian-pujian yang diberikan pada obat yang diminum pasien memengaruhi keberhasilan penyembuhan. Hal ini memberikan landasan teori bahwa sebuah kekuatan imajinasi dan autosugesti (sugesti diri) yang dilakukan sendiri oleh pasien merupakan  proses penting dalam hipnosis.

Clark Leonard Hull (1884—1942)

Hull adalah ilmuwan dari Yale University yang menulis buku Hypnosis and Suggestibility (1933). Ia banyak menyebarkan fenomena hipnosis seperti hipnosis untuk anesthesia dan amnesia pascahipnosis.

 Davis & R. Husband

Kedua tokoh ini memperkenalkan skala level trans yang disebut dengan Davis-Husband Scale. Skala ini memuat kedalaman trans hingga 30 tingkat, dimulai dari tahap Relaksasi hingga Hyperesthesia. Skala itu termuat dari buku mereka, yaitu A Study of Hypnotic Susceptibility in Relation to Personality Traits (1931).

Dave Elman (1900—1967)

Tokoh ini berperan besar dalam penyebaran hipnosis untuk keperluan medis meskipun tidak diketahui dengan jelas apakah Elman pernah mendalami pendidikan medis sebelumnya. Ia memperkenalkan banyak teknik induksi, termasuk juga rapid induction (induksi cepat) yang banyak digunakan dalam hipnosis panggung .

 

Tokoh-Tokoh Hipnosis pada Akhir Abad ke-20

Beberapa tokoh lain juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan hipnosis pada akhir abad ke-20. Berikut ini beberapa tokoh tersebut.

Harry Arons

Pada 1967, Harry Arons memperkenalkan hipnosis untuk tujuan investigasi (forensic hypnosis) dalam bukunya yang berjudul Hypnosis in Criminal Investigation. Buku tersebut memberikan sumbangsih terhadap sistem peradilan sehingga Arons sering diundang ke berbagai negara untuk memberikan pelatihan mengenai pemanfaatan hipnosis untuk tujuan forensik kepada para praktisi badan peradilan.

Arons juga memperkenalkan skala kedalaman trans yang lebih sederhana yang kemudian dikenal dengan Arons Scale. Skala ini mempunyai enam tingkatan yaitu Hypnoidal, Light Trance, Medium Trance, Profound Trance, Somnambulism, dan Profound Somnambulism.

Milton Hyland Erickson (1901—1980)

Milton H. Erickson adalah seorang psikiater asal Amerika Serikat yang sangat jenius dan memberikan kontribusi sangat besar dalam khazanah keilmuan baru dalam hipnosis. Ia mengembangkan teknik-teknik induksi hipnosis dengan membingungkan klien (client confusion) dan dengan berjabat tangan (handshake induction) untuk membuat kesadaran klien menjadi sibuk dan mudah disugesti.

Erickson juga memperkenalkan penggunaan metafora (analogi lewat cerita-cerita) untuk menjangkau pikiran bawah sadar subjek terhipnosis. Selain itu, ia memperkenalkan teknik komunikasi hipnosis secara tidak langsung (permissive) atau persuasif yang mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan. Sebelumnya, yang dikenal adalah gaya pemberian sugesti memerintah (authorian) yang dapat menimbulkan resistensi dari subjek terhipnosis.

Teknik-teknik Erickson ini diadaptasi oleh Richard Bandler dan John Grinder saat mereka memperkenalkan teknik bahasa pemrograman pikiran yang disebut dengan Neuro Linguistic Programming (NLP) pada sekitar tahun 1970.

Ormond McGill (1913—2005)

Ormond McGill adalah seorang ahli hipnosis panggung dan juga hipnoterapis yang sangat mumpuni di Amerika Serikat. Ia banyak memberikan petunjuk-petunjuk pengaplikasian hipnosis, baik untuk tujuan terapi maupun hiburan. Bukunya yang berjudul The New Encyclopedia of Stage Hypnotism (1996) memberikan wawasan yang sangat berguna bagi pelaku hipnosis, terutama hipnosis panggung.

Para pelaku hipnosis menggelarinya dengan “The Dean of American Stage Hypnotists” (Begawan Hipnosis Panggung Amerika).

 

 

Meracuni diri sendiri

  🩺 Penyakit yang Bisa Timbul karena Menyimpan Dendam & Sakit Hati 💔 1. Penyakit Jantung dan Tekanan Darah Tinggi • Dendam = stres...