Jumat, 05 Desember 2025

Kisahku, Arjuna: Sang Musafir dan Masjid Agung Sibolga

 

Kisahku, Arjuna: Sang Musafir dan Masjid Agung Sibolga

Namaku Arjuna.

Aku hanyalah seorang hamba Allah yang sedang berjalan jauh, merantau, mencari tempat yang bisa meneduhkan jiwa. Aku datang bukan untuk meminta apa-apa—hanya ingin berteduh sejenak di bumi Allah yang luas ini.


Aku tidak kaya.

Aku tidak berkuasa.

Aku hanya seorang pemuda yang membawa letih, membawa harap, dan membawa nama Allah dalam setiap langkahku.


Malam itu hujan turun seakan langit sedang membuka kesedihannya.

Aku berlari kecil menuju Masjid Agung Sibolga—rumah Allah, tempat yang menjadi pelindung bagi setiap musafir sejak zaman Nabi.


Aku percaya…

“Wa anna al–masรขjida lillรขh…”

Bahwa masjid adalah rumah Allah. Tempat semua hamba-Nya sama. Tempat di mana musafir dihormati, bukan diusir.


Tapi malam itu, ujian yang datang sungguh berat.


Lima orang menghampiriku.

Aku tidak tahu apa salahku, kecuali bahwa aku tampak lelah dan sendirian.


Tanpa tanya, tanpa kasih sayang, mereka mengusirku dari rumah Allah.

Dan ketika aku memohon perlindungan, yang kudapat bukanlah rahmat…

tetapi aniaya.


Aku dipukul.

Aku ditendang.

Tubuhku diseret di lantai masjid, padahal di tanah itu aku ingin bersujud.


Sakitnya tidak hanya di badan…

tetapi di hati yang bertanya lirih:


“Ya Allah… apa salahku sebagai musafir-Mu?

Apa dosaku hingga aku dihinakan di rumah-Mu sendiri?”


Dan ketika pukulan itu menjadi semakin berat…

napasku perlahan terputus.

Aku pergi…

di tempat yang seharusnya paling aman bagi seorang hamba.


Namun Allah Maha Melihat.

Tidak ada satu pun kezaliman yang luput dari pandangan-Nya.


Tak lama setelah nyawaku kembali kepada-Nya,

langit seperti ikut berduka.

Hujan ekstrem turun. Banjir dan longsor melanda Sibolga.

Seolah Allah ingin mengingatkan:


“Kezaliman kepada satu hamba yang lemah…

lebih berat timbangannya daripada hancurnya sebuah negeri.”


Arjuna memang telah tiada.

Tubuhku kembali ke tanah.

Tapi kisahku tetap hidup sebagai saksi:


Bahwa tamu Allah tidak boleh disakiti.

Bahwa musafir tidak boleh dihinakan.

Bahwa masjid adalah tempat rahmat, bukan tempat kekerasan.

Dan bahwa hati manusia bisa lebih keras dari batu…

kecuali jika ia disentuh oleh iman.


Semoga Allah mengampuniku.

Semoga Allah mengampuni mereka yang menzalimiku.

Dan semoga kisahku menjadi peringatan:


Siapa pun yang lemah, siapa pun yang sendirian, siapa pun yang datang memohon perlindungan…

mereka adalah amanah Allah.


Dan barangsiapa menjaga amanah itu,

Allah menjaga hidupnya.

Barangsiapa menyakitinya…

Allah sendiri akan menegakkan keadilan-Nya.


๐Ÿ˜ข

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisahku, Arjuna: Sang Musafir dan Masjid Agung Sibolga

  Kisahku, Arjuna: Sang Musafir dan Masjid Agung Sibolga Namaku Arjuna. Aku hanyalah seorang hamba Allah yang sedang berjalan jauh, merantau...