Jumat, 29 Oktober 2021

DOA ORANG YANG DIZALIMI

 


DOA ORANG YANG DIZALIMI.

Seorang nelayan miskin yang hidupnya menanggung keluarga dengan hasil tangkapan ikan.

Malangnya tangkapan ikannya selalu tiada.

Hanya menggunakan jala, dia menebarkannya di tepian pantai dengan harapan akan ada ikan yang tersangkut.

Beberapa kali dicoba, nampaknya tiada razeki buatnya. Begitulah beberapa hari dan dia tidak berputus asa. Dia mempunyai kesabaran dan tekad berusaha yang tinggi.

Pada suatu hari, dia ke pantai lagi, menebar jala dengan harapan ada ikan yang tersangkut.

Beberapa kali dicoba, namun tiada.

Namun, dia mencoba juga dengan longlai dan penuh harapan.

Lalu, Allah mentakdirkan seekor ikan besar terperangkap dalam jalanya... Alangkah gembiranya melihat ikan besar itu.

Sambil menarik ikan tersebut, dia pun membayangkan apa yang akan dilakukan dengan ikan itu...

Akan aku beri makan kepada keluargaku sehingga kenyang.

Kepada jiranku juga harus diberikan.

Selebihnya barulah aku jualkan.

Demikian nelayan itu merencanakan apa yang akan dibuatnya terhadap ikan itu. Rezeki yang begitu sukar diperolehi.

Malangnya, ketika itu lalu seorang raja dengan askarnya. Raja itu sangat tertarik melihat ikan besar yang baru diperolehi nelayan itu. Lantas, disuruhnya pengawalnya mendapatkan ikan tersebut dari nelayan...

Sudah tentu nelayan itu sangat keberatan.

Setelah merasakan bahawa dia tidak dapat mempertahankan ikannya itu dari diambil oleh raja, dia pun meminta harga sebagai bayaran.

Dengan angkuh pengawal itu merampas ikan itu dan mengatakan raja tidak membayar harga daripada apa yang dikehendakinya.

Maka, ikan itupun dibawa pergi... ๐Ÿ˜ฅ๐Ÿ˜ฅ

Bergenang air mata sang nelayan miskin yang daif dan tak mampu berbuat apa-apa. Haknya dirampas.

Kepada siapa hendak dia mengadu..?

Hanya kepada Allah Tuhan yang satu.

Dia pun menadahkan tangan dan berdoa.

Sementara raja itu, dengan senang hati kerana dapat ikan, disuruhnya tukang masak istana segera masakan ikan itu. Ikan sebesar itu dia seorang saja yang makan.

Malangnya, beberapa hari setelah makan ikan itu, raja telah dijangkiti satu penyakit aneh. Penyakit itu pada mulanya hanya berupa bengkak pada ibu jarinya. Bengkak itu disertai dengan sakit yang sangat mengganggu keselesaannya.

Lama kelamaan mula bernanah.

Tabib istana dipanggil dan setelah dicermati, dia menasihatkan supaya ibu jari kaki raja itu dipotong. Raja enggan menerima nasihat tabib istana dan disuruh carikan obat untuk sakitnya.

Namun obat tidak ditemui juga walau bermacam ikhtiar diusahakan.

Beberapa hari kemudian, tabib istana yang merawatnya memberitahu bahawa penyakit itu telah merebak hingga ke buku lali. Kakinya hendaklah dipotong supaya penyakit tidak merebak ke atas. Raja masih enggan menenerima nasihat tersebut kerana dia sayangkan kakinya.

Dia memerintahkan agar dicari tabib lain yang lebih handal.

Seorang tabib dari luar di bawa.

Setelah melihat penyakit di kaki raja, dia pun memberitahu bahawa penyakit di kaki raja itu telah merebak hingga ke betis. Kalau tidak dipotong betis, ia akan merebak ke atas lagi.

Ketika itu, akurlah sang raja.

Lantas betisnya itu pun dipotonglah.

Raja sangat sedih atas kehilangan betisnya.

Namun, kesedihannya tidak tamat di situ.

Dalam keadaan sugul kerana kehilangan kakinya, tiba-tiba negerinya dilanda gempa. Harta benda dan jiwa banyak yang musnah.

Keadaan ini membuatkan raja sangat hairan.

Lalu, raja memanggil seorang ulama dan bertanyakan maksud di balik semua musibah yang menimpanya itu.


" Tuanku telah menzalimi seseorang", ulama itu membuat rumusan.

" Seingat beta, tidak pernah beta zalimi sesiapa", ujar raja.

" Coba Tuanku ingat betul-betul, pernahkah tuanku zalimi seseorang?", ulama itu tetap dengan rumusannya.

Maka, ketika mengimbau kembali apa yang telah dilakukannya, raja pun teringat perihal ikan yang dirampasnya dari seorang nelayan.

Ketika dia merampas ikan itu, dia tidak merasakan itu satu kezaliman. Apalah harganya seekor ikan..

" Perkara kecil di mata tuanku adalah besar di mata nelayan itu", ulama itu mengingatkan.

Raja itu memerintahkan agar nelayan itu dicari dan dibawa mengadapnya.

" Apa yang telah kamu lakukan setelah ikanmu beta rampas?", raja bertanya kepada nelayan itu.

" Saya tidak lakukan apa-apa", jawab nelayan ketakutan.

" Ceritakan terus terang, kamu tidak akan beta apa-apakan", raja memujuk dan menenangkan nelayan yang ketakutan itu.


Akhirnya nelayan itu pun berkata... ;

"Setelah ikan itu tuanku rampas, saya hanya mampu berdoa..."

"Apa doamu?", soal raja

Nelayan pun berkata: "Aku hadapkan wajahku kepada Allah dan berkata...

“Ya Allah, sesungguhnya dia telah memperlihatkan kekuasaannya atasku... Maka tunjukkanlah Kekuasaan Mu ke atasnya”.

Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahawa Nabi SAW telah mengutus Mu’adz ke Yaman dan Beliau berkata kepadanya :-

“Takutlah kamu akan doa seorang yang terzalimi, kerana doa tersebut tidak ada hijab (penghalang) di antara dia dengan Allah”.

(Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim)

Janganlah kamu berbuat zalim saat kamu berkuasa

~ Maka kezaliman itu membawa akibat penyesalan

Kamu boleh lenakan mata tetapi yang dizalimi sentiasa berjaga

~ Dia berdoa ke atasmu dan mata Allah tidak pernah lena.


Wallahua'lam...

Petikkan Dari Ustaz Ahmad Nasir.

#IlmuDuniaDanAkhirat

Kamis, 28 Oktober 2021

JANGAN PERNAH MERENDAHKAN MANUSIA MESKIPUN HANYA DALAM HATI*

 


*JANGAN PERNAH MERENDAHKAN MANUSIA MESKIPUN HANYA DALAM HATI*


Suatu hari di tepi sungai Dajlah, *Hasan al-Basri* seorang *Sufi besar* melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak.


Kemudian Hasan berbisik dalam hati, “Alangkah buruk akhlak orang itu dan baiknya kalau dia *seperti aku..!* ”.


Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi terus *terjun* untuk *menolong penumpang* perahu yang hampir lemas. *Enam* dari tujuh penumpang itu berhasil *diselamatkan*.


Kemudian dia berpaling ke arah *Hasan al-Basri* dan berkata, “Jika engkau memang *lebih mulia* daripada saya, maka dengan nama Allah selamatkan *seorang lagi* yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan *satu orang saja,* sedang saya telah menyelamatkan *enam orang*”.


Bagaimanapun *Hasan al-Basri gagal* menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata padanya, “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah *ibu* saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi *air biasa*, bukan *anggur atau arak*”.


Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka *selamatkanlah* saya dari tenggelam dalam *Kebanggaan dan Kesombongan*”


Lelaki itu menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan”


Semenjak itu, Hasan al-Basri *semakin dan selalu merendahkan hati* bahkan ia *menganggap dirinya* sebagai *makhluk yang tidak lebih daripada orang lain*. 


Jika Allah membukakan pintu *Sholat Tahajud* untuk kita, janganlah lantas kita *memandang rendah* saudara seiman yang sedang *tertidur nyenyak*.


Jika Allah membukakan pintu *Puasa Sunnah*, janganlah lantas kita *memandang rendah saudara seiman* yang *tidak* ikut *berpuasa sunnah*. Boleh jadi orang yang *gemar tidur* dan jarang *melakukan puasa sunnah* itu lebih dekat dengan *Allah,* daripada diri kita.


Ilmu *Allah sangat amatlah luas*.


Jangan pernah *Kagum atau Takjub & Sombong* pada *Amalanmu*.


Sahabatku,,, indahnya Nasehat ini *semoga* menjadi Pengobat Jiwa agar kita terhindar dari *sifat Mazmumah.*


Walau sehebat apapun diri kita jangan pernah berkata “ _*Aku lebih baik dari pada kalian, Aku lebih bersih dari pada kalian*_”


_(Imam Al Ghazali)_


Salam Sukses Bahagia Dan Sentosa ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ’ช๐Ÿ•บ

Langkah langkah PEMANTIK SUKSES:

 


Langkah langkah PEMANTIK SUKSES: 

1. Selaraskan 

2. Pantaskan 

3. Amanah , percaya

4. Syukur

----

Pahami apa yang Dominan modalitas orang lain

Visual kah ?,  Auditori kah? , Kinestetik kah ?, Olfaktory kah ? , Gustatory kah ? Dll 15 modalitas


------

Focus 

Niat yang luas dan Kuat 

Gunakan cara meng non aktifkan Filter mental 

Beri Ruh tiap kata kata :  

- Bayangkan 

- Sekarang , Rasakan

- Ciptakan Visualkan Hubungan Sugesti


KEBERMANFAATAN MENUJU HARAPAN

Rabu, 27 Oktober 2021

KISAH SEORANG ISTRI YANG BISA MEMBUAT SUAMINYA TERGILA-GILA PADANYA



KISAH SEORANG ISTRI YANG BISA MEMBUAT SUAMINYA TERGILA-GILA PADANYA..

๐Ÿ“‹✏ Ustadz Abu Fairuz Ahmad

Seorang Ayah bercerita pd anak perempuannya,

Suatu hari seorang wanita tua diwawancarai oleh seorang presenter dalam sebuah acara tentang rahasia kebahagiaannya yang tak pernah putus.

Apakah hal itu karena ia pintar memasak? Atau karena ia cantik? Atau karena ia bisa melahirkan banyak anak, ataukah karena apa?

Wanita itu menjawab :

“Sesungguhnya rahasia kabahagiaan suami istri

ada di tangan sang istri, tentunya setelah mendapat taufik dari Allah. Seorang istri mampu menjadikan rumahnya laksana surga, juga mampu menjadikannya neraka.

Jangan Anda katakan karena harta !

Sebab betapa banyak istri kaya raya namun ia rusak karenanya, lalu sang suami meninggalkannya.

Jangan pula Anda katakan karena anak-anak !

Bukankah banyak istri yang mampu melahirkan banyak anak hingga sepuluh namun sang suami tak mencintainya, bahkan mungkin menceraikannya.

Dan betapa banyak istri yang pintar memasak.

Di antara mereka ada yang mampu memasak hingga seharian tapi meskipun begitu ia sering mengeluhkan tentang perilaku buruk sang suami.”

Maka sang peresenter pun terheran, segera ia berucap:

“Lantas apakah rahasia nya..?”

Wanita itu menjawab:

“Saat suamiku marah dan meledak-ledak, segera aku diam dengan rasa hormat padanya. Aku tundukkan kepalaku dengan penuh rasa maaf.

Tapi janganlah Anda diam yang disertai pandangan mengejek, sebab seorang lelaki sangat cerdas untuk memahami itu.”

“Kenapa Anda tidak keluar dari kamar saja..?” tukas presenter.

Wanita itu segera menjawab:

“Jangan Anda lalukan itu! Sebab suamimu akan menyangka bahwa Anda lari dan tak sudi mendengarkannya. Anda harus diam dan menerima segala yang diucapkannya hingga ia tenang.

Setelah ia tenang, aku katakan padanya;

'Apakah sudah selesai?'

Selanjutnya aku keluar….

Sebab ia pasti lelah dan butuh istirahat setelah melepas ledakan amarahnya.

Aku keluar dan melanjutkan kembali pekerjaan rumahku.”


“Apa yang Anda lakukan?

Apakah Anda menghindar darinya dan tidak berbicara dengannya selama sepekan atau lebih?” tanya presenter penasaran.


Wanita itu menasehati :

“Anda jangan lakukan itu, sebab itu kebiasaan buruk. Itu senjata yang bisa menjadi bumerang buat Anda.

Saat Anda menghindar darinya sepekan sedang ia ingin meminta maaf kepada Anda, maka menghindar darinya akan membuatnya kembali marah.

Bahkan mungkin ia akan jauh lebih murka dari sebelumnya.”


“Lalu apa yang Anda lakukan..?” tanya sang presenter terus mengejar.


Wanita itu menjawab:

“Selang dua jam atau lebih, aku bawakan untuknya segelas jus buah atau secangkir kopi, dan kukatakan padanya, Silakan diminum.

Aku tahu ia pasti membutuhkan hal yang demikian, maka aku berkata-kata padanya seperti tak pernah terjadi sesuatu sebelumnya.”


“Apakah Anda marah padanya..?” ucap presenter dengan muka takjub.


Wanita itu berkata:

“Tidak...


Dan saat itulah suamiku mulai meminta maaf padaku dan ia berkata dengan suara yang lembut.”


“Dan Anda mempercayainya..?” ujar sang presenter.


Wanita itu menjawab :

“Ya. Pasti. Sebab aku percaya dengan diriku dan aku bukan orang bodoh.

Apakah Anda ingin aku mempercayainya saat ia marah lalu tidak mempercayainya saat ia tenang..?”


“Lalu bagaimana dengan harga diri Anda?” potong sang presenter.


*“Harga diriku ada pada ridha suamiku dan pada tentramnya hubungan kami.*

*Dan sejatinya antara suami istri sudah tak ada lagi yang namanya harga diri.*

*Harga diri apa lagi..?!!*

*Padahal di hadapan suami Anda, Anda telah lepaskan semua pakaian Anda!”*

Selasa, 26 Oktober 2021

Konsep Melayani dalam diri pemimpin



Konsep Melayani dalam diri pemimpin 

oleh | Akhmad Muwafik Saleh


Kegiatan melayani adalah aktifitas utama dalam kepemimpinan Islam. Dalam sejarah, amanah kepemimpinan sejatinya bukanlah kekuasaan melainkan sebagai pelayan yaitu seseorang yang berkhidmah kepada masyarakat yang di pimpinnya. Sebagaimana dikatakan :

ุณูŠุฏ ุงู„ู‚ูˆู… ุฎุงุฏู…ู‡ู… ูˆุณุงู‚ูŠู‡ู… ุขุฎุฑู‡ู… ุดุฑุจุง

pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka, dan yang memberikan air kepada suatu kaum adalah yang paling terakhir minum.

Artinya sifat yang harusnya dimiliki oleh penguasa ataupun siapa saja yang mengurusi persoalan ummat adalah jiwa melayani bukan dilayani. Sehingga istilah yang dipakai untuk seorang pemimpin ummat adalah khadimul ummah (pelayan ummah) atau amiirul mukminin (seseorang yang mengurus urusan kaum mukminin). Sebagaimana yang gelar yang disematkan kepada raja Saudi saat ini yaitu khadimul haromain, pelayanan dua tanah haram, yang bertugas melayani ummat manusia yang datang dari berbagai penjuru dunia untuk memenuhi panggilan sebagai "tamu Allah",
atau pula sebagaimana yang disematkan kepada para sahabat Nabi dalam memimpin ummat pada masa itu seperti terhadap sayyidina Umar ra dengan sebutan amiirul mukminin sebab beliau sangat tegas dan disiplin dalam memberikan pelayanan terbaik bagi ummat pada saat itu.

Para pemimpin kaum muslimin saat itu menegaskan gelar pada dirinya sebagai pelayan ummah (khadimul ummah) yang bertugas untuk melayani ummat dan memenuhi kebutuhan mereka (ummat). Sehingga jiwa pelayanan menjadi modal utama yang harus ada dalam diri seorang pemimpin ummat yang apabila jiwa pelayanan ini hilang maka hilang pulalah kemuliaan dirinya sebagai bagian dari pada ummat. Sebagaimana ditegaskan dalam sabda Nabi :

ุนู† ุฃุจูŠ ู…ุฑูŠู…َ ุงู„ุฃَุฒุฏِูŠِّ ุฑุถูŠ ุงู„ู„َّู‡ ุนู†ู‡ ، ุฃَู†ู‡ ู‚َุงู„َ ู„ู…ุนَุงูˆِูŠุฉَ ุฑุถูŠ ุงู„ู„َّู‡ ุนู†ู‡ : ุณَู…ِุนุชُ ุฑุณูˆู„ِ ุงู„ู„َّู‡ ุตَู„ّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆุณَู„َّู…  ูŠู‚ูˆู„ : ู…ู† ูˆู„ุงَّู‡ُ ุงู„ู„َّู‡ ุดَูŠุฆุงً ู…ِู† ุฃُู…ูˆุฑِ ุงู„ู…ُุณู„ِู…ูŠู†َ ูَุงุญَุชุฌَุจَ ุฏُูˆู†َ ุญَุงุฌุชู‡ِู…ِ ูˆุฎَู„َّุชِู‡ู… ูˆูَู‚ุฑِู‡ู… ، ุงุญุชَุฌَุจ ุงู„ู„َّู‡ ุฏُูˆู†َ ุญَุงุฌَุชِู‡ ูˆุฎَู„َّุชِู‡ِ ูˆูَู‚ุฑِู‡ِ ูŠูˆู…َ ุงู„ู‚ِูŠุงู…ุฉِ » ูَุฌุนَู„ ู…ُุนَุงูˆِูŠุฉُ ุฑุฌُู„ุง ุนู„ู‰ ุญَูˆَุงุฆุฌِ ุงู„ู†ุงุณِ . ุฑูˆุงู‡ ุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏَ ،

“Barangsiapa diserahi urusan manusia lalu menghindar melayani kamu yang lemah dan mereka yang memerlukan bantuan, maka kelak di hari kiamat, Allah tidak akan mengindahkannya.” (HR. Abu Dawud).

Artinya bahwa para pengelola urusan ummat atau penguasa muslim harus memiliki jiwa pelayanan yaitu sebuah kesediaan untuk mencurahkan segala pikiran, tenaga dan waktu yang dimilikinya untuk memenuhi segala kebutuhan ummat. Sehingga tidaklah pantas bagi pemimpin ummat bersifat adigang adigung adiguna atau berlaku sombong karena kekuasaan dalam perspektif profetik bukanlah untuk gagah-gagahan, berlaku sombong dan minta dilayani, sebab hal itu bukanlah fitrah pemimpin ummat. Mereka yang diberi amanah kepemimpinan harus bersedia "dlosor", merendah dan tawadhu di hadapan ummat. Sebagaimana kisah sayyidina Umar yang dia harus memanggul sendiri harta yang diambilnya dari baitul maal kerajaan saat melihat sendiri penderitaan yang dialami oleh rakyatnya dan tidak bersedia dibantu oleh para pengawalnya dengan argumen bahwa hal ini adalah tanggungjawabnya yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah swt.

Jadi, konsep khadimul ummah (pelayan ummat) adalah kesediaan diri yang harusnya hadir dalam diri para penguasa atau pejabat negara dan seluruh aparatur negara yaitu bertugas sekaligus memiliki tanggungjawab utama untuk melayani masyarakat (public service). Berdasarkan hadits diatas menegaskan bahwa seorang pelayan publik haruslah memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi atas tugas pelayanannya, bertindak cepat dan tepat dalam memenuhi kebutuhan publik (responsiveness, reliable), serta menjauhkan diri dari sikap cuek, kasar, atau bahkan minta dilayani (bentuk sikapnya adalah ingin selalu dihormati dan disiapkan segala kebutuhannya, terlebih saat berkunjung di tengah-tengah masyarakat). Seorang pelayan publik adalah bersedia mendengar setiap keluhan dan kebutuhan publik lalu menjadikannya komitmen dalam standar pelayanan minimal (SPM) yang harus diberikan kepada publik agar semua kebutuhan publik dapat terpenuhi dan menjadikan mereka puas atas layanan yabg diberikan, karena memang hakikat kekuasaan dalam perspektif profetik adalah untuk melayani, bukan minta dilayani.

Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB

Senin, 25 Oktober 2021

DISAAT BAGINDA RASULULLAH ๏ทบ LAPAR“



Bismillah

ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡...

DISAAT BAGINDA RASULULLAH ๏ทบ LAPAR“


Pada suatu ketika Rasulullah menjadi imam sholat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan beliau antara satu ruku ke satu ruku yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi kemerutuk seolah-olah sendi-sendi pada tubuh beliau yang mulia itu bergeser antara satu sama lain.


 Sahabat Umar yang tidak tahan melihat keadaan beliau itu langsung bertanya setelah selesai sholat


Yaa Rasulallah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah anda sakit yaa Rasulallah?


Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, saya sehat dan segar” jawab beliau


Yaa Rasulallah… mengapa setiap kali baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh baginda?


Kami yakin anda sedang sakit… desak Umar penuh cemas


Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar.

 Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda


Yaa Rasulallah!.....

 Adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat baginda?


Lalu beliau menjawab dengan lembut dan senyum, Tidak para sahabatku. saya tahu, apa pun akan kalian korbankan demi Rasulmu.


 Tetapi apakah yang akan saya jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila saya sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?” “Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku,

 Agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak


Masya Allah๐Ÿ˜”๐Ÿ˜”๐Ÿ˜”

Shollu Aala Muhammad 


ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุงุฌู…ุนูŠู†


Pemimpin itu Pelayan bagi kaum nya



Pemimpin itu Pelayan bagi kaum nya 

Yahya bin Aktsam berkata, “Pada suatu malam aku menginap di rumah Amirulmukminin al-Makmun. Aku terbangun di tengah malam karena rasa haus yang sangat, maka aku pun bangkit (mencari air). Tiba-tiba Amirulmukminin berkata, “Wahai Yahya, apa gerangan yang terjadi?” Aku menjawab, “Demi Allah, aku sangat haus wahai Amirulmukminin.”

Lalu, Khalifah Makmun bangun seraya membawa seteko air untukku. Aku berkata, “Wahai Amirulmukminin, mengapa tidak kau suruh pembantu atau budak saja?” Beliau menjawab, “Tidak.” Karena bapakku meriwayatkan hadis dari bapaknya dan dari kakeknya dari Uqbah bin ‘Amir ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.’” (HR Ibnu Asakir, Abu Nu’aim).

Hadis tersebut di atas terdapat juga dalam kitab Al-Mawahib al-Laduniyah karangan al-Qastholani dan Syarah Az-Zarqani, juz 4, hlm 117-118. Kendati hadis ini lemah sanadnya, dikuatkan oleh beberapa hadis lain yang hampir serupa dan juga isinya tidak bertentangan dengan jiwa ajaran Islam yang memerintahkan kita untuk memberikan jasa sebanyak mungkin kepada manusia.

“Amalan yang paling dicintai Allah setelah yang fardu adalah memasukkan kegembiraan di hati Muslim.” (HR at-Thabrani dari Ibnu Abbas).

Ibnu al-Mubarok meriwayatkan dari Abi Syureih bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Di antara amalan yang paling dicintai Allah adalah memasukkan kegembiraan pada hati Muslim, melapangkan kesedihannya, membayar utangnya, atau memberi makan untuk menghilangkan rasa laparnya.” (Syu’abul Iman lil Baihaqi).

Sebaik-baik manusia adalah yang paling berjasa kepada orang lain. Uwais al-Qarni berkata, “Dalam perjalananku pernah melewati seorang pendeta, lalu aku bertanya, ‘Apakah derajat pertama yang harus dilewati seorang murid (pencari jalan tazkiyatunnafs)?’ Dia menjawab, ‘Mengembalikan semua hak orang dan meringankan punggung dari beban karena amalan seorang hamba tidak akan naik saat masih banyak hal-hal yang membebani dan menyusahkan orang lain. Tugas utama penguasa sebagai pelayan rakyat terfokus dalam dua hal, yaitu hirosatuddin dan siyasatuddunya (melindungi agama mereka dan mengatur urusan dunia.’” (Al-Ahkam as-Sulthoniyah, juz I, hlm 3).

Pelayanan bidang pertama berupa menjamin setiap warga negara agar memahami ajaran agamanya masing-masing, mampu mengamalkannya dengan baik, dan melindungi agama mereka dari berbagai bentuk kesesatan. Sedangkan, siyasatuddunya berupa pelayanan terhadap rakyat agar bisa hidup layak sebagai manusia yang bermartabat.

Tuntutan inilah yang mendorong Umar bin Khattab RA sering berkeliling malam hari untuk melihat kondisi rakyatnya. Saat ada yang mengeluh kekurangan pangan, ia menolongnya dan memanggul karung gandum sendiri.

Dalam kesempatan lain Umar pernah berkata, “Seandainya seekor keledai terperosok di Baghdad, niscaya Umar akan ditanya, mengapa tidak kau ratakan jalannya?”

Bila semua penguasa ataupun pemimpin di dunia menjadi pelayan rakyat atau anggotanya sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW, akan tegaklah keadilan dan umat manusia pun berada dalam kesejahteraan.


Sumber : REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Prof KH Achmad Satori Ismail

Meracuni diri sendiri

  ๐Ÿฉบ Penyakit yang Bisa Timbul karena Menyimpan Dendam & Sakit Hati ๐Ÿ’” 1. Penyakit Jantung dan Tekanan Darah Tinggi • Dendam = stres...